Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran Luwak /musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel(1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Kopi Arabika (Coffea arabica) diduga pertama kali diklasifikasikan oleh seorang ilmuan Swedia bernama Carl Linnealius (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang memiliki kandungan Kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia. Arabika atau Coffea arabika merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan dibudidayakan manusia hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700–1700 m dpl dengan suhu 16-20 °C,
beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Jenis Kopi arabika sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun Hemilelia vastatrix(HV), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga dari segi perawatan dan pembudayaan kopi arabika memang butuh perhatian lebih dibanding kopi Robusta atau jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini telah menguasai sebagian besar pasar kopi dunia dan harganya jauh lebih tinggi daripada jenis kopi lainnya. Di Indonesia kita dapat menemukan sebagian besar perkebunan kopi arabika di daerah pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa. Beberapa varietas kopi arabika memang sedang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain kopi arabica jenis Abesinia, arabika jenis Pasumah, Marago, Typica dan kopi arabika Congensis.
Sebagian orang menyebut moka sebagai kopi coklat atau kopi dan coklat. Cokelat yang dicampur dalam minuman ini juga dapat bervariasi. Beberapa moka menggunakan coklat sirup sementara yang lain menggunakan coklat bubuk. Cokelat yang digunakan pun dapat berupa cokelat putih atau cokelat yang hitam. Mereka hanya berbeda karena jenis cokelat yang digunakan. Kadang-kadang minuman moka atasnya disemprot dengan whipped cream. Perlu diketahui juga bahwa informasi ini sangat subjektif, proporsi bisa bervariasi dan setiap barrista mempunyai resep masing-masing untuk mengubah hidangan mereka agar sesuai dengan selera pelanggan lokal.
Moka adalah salah satu varietas kopi tertua di dunia dan merupakan salah satu jenis kopi pertama yang dipasarkan dan dinikmati oleh orang Eropa. Menggunakan resep dasar yaitu coklat dan kopi, berbagai jenis minuman moka telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ‘moccaccino’ atau ‘mochacino’ juga digunakan di beberapa tempat di AS. Minuman mocha saat ini dapat disajikan dalam minuman dingin maupun panas yang tersedia dan dikemas di sebagian besar supermarket.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar